Lelucon mengenai Orang Bodoh (Part 3)

Boro-boro Cincin

Ada istri seorang pejabat yang selalu kesepian karena ditinggal suaminya bertugas. Karena sudah tak tahan lagi maka dia mencari seorang pemuda untuk memenuhi hasrat hatinya.

Suatu ketika ia mendapat seorang partner dan diajak mengadakan hubungan intim. Karena sudah tua maka 'bibir' si tante sudah agak dower. Untuk memuaskan si tante maka anak muda itu menggunakan tangannya untuk menggantikan 'alat'-nya.

Setelah selesai dia balik ke rumah. Ketika hendak mencuci tangan dia jadi terkejut karena cincin pertunangannya sudah lenyap. Buru-buru dia balik lagi ke rumah si tante.

Ternyata sang tante masih belum puas karena sudah berkencan lagi dengan seorang pemuda lain. Kali ini sudah nggak tanggung-tanggung lagi, pakai kaki! Berhubung persoalannya sudah sangat mendesak, pemuda yang pertama segera menegur pemuda yang sedang main, "Mas, tolong dong cariin cincin saya, tadi ketinggalan di 'dalam'. Dengan kesal dan sedikit gusar, pemuda yang sedang main berkata, "Boro-boro cincin, sepatu bot gua aja belum ketemu!"

(Victor S., 1982)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dilarang Mengeluarkan Anggota Badan

Di dalam bus kota yang penuh sesak ada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya. Anak tersebut sebentar-sebentar menangis, kelihatannya ia haus. Karena tak tega melihat anak itu menangis terus, kemudian wanita yang duduk di sebelahnya menegur, "Kenapa tidak disusui?"

Dijawab oleh si ibu itu, "Soalnya nggak boleh sih," sambil menunjuk tulisan yang tertera di dinding bus: "Dilarang Mengeluarkan Anggota Badan".

(Fauzia Jazir, 1982)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cara Test Keperawanan

Ada cowok dan cewek mau kawin. Si cowok ingin tahu apakah ceweknya itu masih perawan atau tidak. Si cowok bertanya kepada temannya, bagaimana cara mentest keperawanan ceweknya. Temannya memberitahu caranya:

"Begini aja, kamu kasih lihat anu kamu dan tanyakan ini apa. Kalau cewek kamu bilang itu kunci, tandanya ia sudah tidak perawan lagi. Tapi, kalau cewek kamu malu-malu melihatnya dan tidak tahu itu apa, tandanya ia masih perawan."

Pada malam midodareni, si cowok datang ke rumah ceweknya. Dari jendela dia kasih lihat anunya kepada si cewek dan bertanya:

"Ini apa namanya?"

"Nggak tahu," jawab si cewek.

Maka si cowok kegirangan karena ternyata si cewek masih perawan, Lalu dia berkata lagi kepada ceweknya:

"Mau tahu, ini apa namanya? Ini namanya kunci."

"Ah, salah, masa' kunci sekecil itu. Itu sih namanya cacing, kalau kunci lebih besar lagi dari itu."

(Taslimah Widianti Kamil, 1982)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Asal Mula Gajah

Ada seorang yang sengsara namun ia ingin hidup enak dengan jalan yang mudah. Kemudian ia bertapa di sebuah hutan. Akhirnya ia mendapat wahyu yang mengatakan bahwa ia harus pindah ke hutan di sebelah barat. Maka ia pun menuruti kata-kata itu dan pindah ke hutan barat. Karena ia melihat cahaya yang sangat terang di hutan barat, maka ia kemudian menuju ke arah cahaya tersebut. Setelah dekat ternyata yang terlihat adalah sebuah peti yang berkilau. Dan isi peti tersebut setelah dibuka, adalah... "titit-titit" dalam berbagai ukuran. Dia pikir mungkin ini peninggalan zaman Nabi Nuh dulu. Maka ia pun mengambil sebuah yang ukurannya kira-kira sama dengan yang dimiliki. Kemudian dibandingkannya titit tersebut dengan yang dia punya. Tetapi alangkah kagetnya karena titit itu terus melekat pada dirinya sehingga tampaknya alatnya bercabang dua. Karena malu, ia tak mau kembali ke daerah asalnya. Ia pergi ke arah lain dan tiba pada suatu negara di mana kebetulan di situ baru diadakan sayembara.

Di negeri itu raja mengadakan sayembara untuk putrinya. Putri kerajaan itu memang dilahirkan aneh, yaitu lubang kemaluannya ada dua. Maka diadakan sayembara, barang siapa mempunyai titit dua tetapi asli akan diambil sebagai menantu. Peserta sayembara ternyata cukup banyak, akan tetapi kebanyakan menempelkan titit palsu di sebelah tititnya. Jadi zaman itu orang sudah mengenal transplantasi. Karena kebanyakan peserta sayembara tidak ada yang dobel asli, maka mereka pun ditolak hingga akhirnya datanglah pemuda yang bertitit dobel asli tadi. Setelah diperiksa ternyata titit yang satunya bukan tempelan, maka ia pun dijadikan menantu raja, dan dikawinkan dengan sang putri.

Akan tetapi aada seorang pengawal yang iri hati. Katanya dalam hati, "Untung benar orang itu, baru datang sudah dijadikan menantu raja. Gue yang berbadan besar ini dan sudah bertahun-tahun jadi pengawal enggak dikasih." Maka timbullah keinginannya untuk bertapa agar bertitit rangkap. Maka pengawal itu kemudian bertanya kepada suami putri raja bagaimana cara mendapatkan titit rangkap. Dan suami putri itu pun memberitahu tempat peti berisi kemaluan tadi.

Maka berangkatlah ia ke hutan yang ada peti itu. Kebetulan dilihatnya masih ada. Buru-buru ia buka dan ia pun bingung memilih yang mana. Kemudian dipilihnya yang terbesar sesuai dengan tubuhnya yang tinggi besar, dia raba-raba, dan diciuminya karena ingin tahu apakah baunya sama dengan yang dia punyai. Tetapi alangkah kagetnya ia, begitu dicium maka titit itu menempel di hidungnya. Dia tarik-tarik supaya lepas, malah semakin besar. Yah akhirnya nempel terus di hidung, lama-lama ia menjadi gajah.

(Suadji Setyamulya, 1972)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Disangka Obat Kapsul

Seorang Arab yang sudah kewalahan karena anaknya banyak, suatu hari mendatangi Klinik Keluarga Berencana meminta advis di situ dan ia pun mendapatkan kondom untuk dicoba.

Setelah tiga hari, orang Arab itu datang lagi dengan muka marah dan segera menghampiri juru rawat yang memberikannya kondom sambil berkata, "Bagaimana Nona, obat yang Anda berikan kepada saya menyiksa sekali. Saya tidak dapat buang air dua hari dan pada hari ketiga terpaksa saya minum obat cuci perut, tetapi apa hasilnya? Ternyata kotoran yang keluar dari perut saya semua terbungkus dalam kantung-kantung plastik sebesar pisang".

Rupanya, juru rawat itu tidak memberi tahu cara pemakaian kondom pada orang Arab itu, sehingga kondom itu ditelan karena disangka pil. Akibatnya ia susah buang air dan setelah buang air kotorannya terbungkus dalam kondom yang ditelannya.

(Rudy D. Badil, 1972)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------