Senin, 24 Desember 2018

Lelucon mengenai Orang Pintar (Part 2)

Biar Miskin Deh!

Di dalam sebuah kampung hiduplah dua orang kakak beradik, kehidupan mereka sangat miskin, dan ini membuat kedua kakak adik itu bertekad untuk mencari kekayaan dengan cara apa pun juga.

Suatu hari mereka mendengar bahwa pada sebuah gua yang tak berapa jauh dari kampung mereka, hidup seorang peri yang bisa membuat orang-orang menjadi kaya.

Sang adik sangat tertarik dengan berita itu, maka datanglah sang adik ke tempat yang dituju. Setelah sang adik menyatakan maksud kedatangannya, si peri pun mengabulkan permintaan sang adik tersebut, dengan syarat bahwa sang adik harus melakukan hubungan seks dengan si peri, tetapi ini tidak boleh dilakukan sampai puncak, yang berarti hubungan seks itu boleh dilakukan sampai setengah saja, setelah itu sang adik harus mencabut "alatnya".

Sang adik karena ingin sekali menjadi kaya, dan apalagi syarat-syarat yang diajukan peri itu ia rasa sangat gampang dan menyenangkan, maka dengan tanpa pikir panjang sang adik pun mengikuti syarat-syarat tersebut.

Dan mulailah mereka melakukan hubungan seks seperti yang telah diperintahkan peri. Ketika lagi enak-enaknya bersanggama si peri berkata kepada sang adik, "Udahan, cabut dong..., awas lho udah nyampe setengah nih!" Sang adik karena sadar atas peringatan sang peri itu, maka ia pun mencabut "anunya". Bersamaan dengan lepasnya "alat" itu, keluarlah butiran-butiran mutiara yang sangat banyak, yang berasal dari air mani sang adik. Melihat hal itu sang adik bukan main girangnya, dan sejak saat itu sang adik pun berubah menjadi orang kaya.

Atas kejadian adiknya itu, sang kakak menjadi penasaran, dan ia pun ingin melakukan seperti yang telah dilakukan oleh adiknya. Dan pergilah sang kakak ke tempat si peri, menyatakan maksudnya, dan mulai melakukan hubungan seks dengan si peri, dengan harapan ia dapat menjadi kaya seperti adiknya. Ketika lagi enak-enaknya "begituan" sang peri pun mulai memperingatkan sang kakak, "Cabut dong..., udah nyampe setengah nih." Peringatan si peri itu tidak digubris oleh sang kakak, ia tetap saja tidak mau mencabut "alatnya". Sekali lagi sang peri memperingatkan sang kakak, "Cabut dong...!!!"

Sang kakak tetap saja tidak mau mencabut "alatnya" dan berkata, "Lagi tanggung nih... biar miskin-miskin deh, nggak apa-apa, abis tanggung..., lagi enak-enak begini... sayang kalo dicabut!" sambil meneruskan gerakannya.
(Yulfira Media, 1986)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Salah Paham

Di suatu kampung tinggallah sebuah keluarga, haji dengan seorang anak gadisnya. Anak gadis itu bernama Minah, ia merupakan kembang' di kampungnya. Rumah haji tersebut bersebelahan dengan surau, tempat pak haji melakukan ibadahnya setiap hari.

Suatu hari setelah selesai shalat Isya, ketika si haji hendak pulang, sepasang sandalnya ternyata hilang tak berbekas. Hendak pulang tanpa sandal Pak haji ragu takut kakinya kena duri atau beling, maklum hari sudah malam dan di kampung itu belum ada listrik. Tiba-tiba saja lewat seorang pemuda yang telah lama mengincar si Minah anak haji tersebut, dan haji pun kenal dengan pemuda itu yang bernama Mamat. Tak lama kemudian si haji minta tolong kepada Mamat untuk mengambilkan sepasang sandalnya yang ada di rumahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh si Mamat.

Sesampainya di rumah haji, ia langsung bertemu dengan Minah dan berkata, "Min, tadi bapakmu menyuruhku untuk mencium pipimu. "Minah kaget dan tidak mau memberikan pipinya pada Mamat. Kemudian Mamat berteriak, "Pak haji, tidak diberikan!" Lalu si haji dari dalam surau menjawab, "Berikan, Minah!" Akhirnya dengan terpaksa dibiarkannya pipi kirinya dicium pemuda itu. Tetapi rupanya Mamat belum puas juga, ia ingin juga mencium pipi kanan si Minah. Dengan marahnya Minah sekali lagi menolak. Tetapi si Mamat tidak kehabisan akal, dengan licinnya ia berteriak lagi, "Pak haji, yang sebelah kanannya tidak diberikan." Lalu Pak haji menjawab, "Minah, berikan yang sebelah kanannya sebelah kanannya pada si Mamat". Karena merupakan perintah bapaknya, dengan kesal diberikannya pipinya yang sebelah kanan untuk dicium si Mamat. Kini puaslah hati Mamat, baru kemudian ia minta sepasang sendal Pak haji yang ada di kamarnya. Setelah Mamat pergi, sadarlah si Minah bahwa ia kena tipu si Mamat.
(Rediscoveri Nitta, 1986)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Si Buta dan Si Pincang

Suatu hari seorang buta dan seorang pincang hendak berjalan-jalan. Untuk itu si buta harus menggendong si pincang dengan maksud agar ia dapat mengawasi jalan, sedangkan si buta yang berjalan. Dengan kata lain si pincang berfungsi sebagai "mata" dan si buta sebagai "kaki".

Ketika akan melewati sebuah sungai, si pincang melihat ada seorang gadis yang sedang mandi tanpa mengenakan sehelai benang pun. Tetapi ia tidak mengatakannya kepada temannya si buta yang menggendongnya.

Tiba-tiba si buta berkata, "Hey, pincang. Rupanya kau melihat gadis yang sedang mandi, ya...!" Si pincang terperanjat dan berkata, "Lho, kok kamu tahu..." Si buta menjawab, "Ia dong, soalnya 'anu'-mu yang 'ngaceng' (berdiri) terasa di punggungku!"
(Jubing Kristianto, 1986)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Susu Ibu

Ada dua orang pemuda tanggung sedang memperhatikan seorang ibu yang sedang menyusui bayinya. Melihat itu keduanya jadi napsu, soalnya 'toket' (payudara) - si ibu itu gede banget. Si pemuda A berkata kepada si B, "Eh..., lo berani nggak pegang toket tu ibu".

Si B bilang, "Ah, gila lo... Nanti gue ditabok."
Si A terus mengojok-ojokin si B, "Beraniin deh..., kalau berhasil gue kasih seribu perak sekali pegang. Mau nggak?!!"

Mendengar tawaran uang yang cukup menggiurkan itu si B mulai mikir-mikir. Setelah berpikir sejenak akhirnya ia dapat ide. Ia pergi ke warung beli pisang sebentar. Lalu kembali lagi dan menghampiri si ibu yang sedang menyusui tadi. Ia mulai berkata, "Bu, anaknya manis, ya... persis kayak ibunya. Nih, saya kasih pisang. Biar cepet gede..." Si ibu tentu saja menyambut gembira pisang pemberian si B dan langsung dikupasnya untuk diberikan pada si bayi.

Ketika si bayi mulai makan tu pisang, si B mulai lagi berkomentar, "Bu, ngasih makannya mesti gantian, Bu. Kalau habis pisang, ganti susu (... sambil mencolek toket si ibu...), kalau udah susu (...colek lagi...), terus ganti pisang. Begitu seterusnya pisang-pisang-pisang terus. Atau susu-susu-susu terus (colek-colek-colek)." Si A dari jauh cuma bisa garuk-garuk kepala saja membayangkan berapa ribu perak yang mesti dibayarnya.
(Inggita Suksma N., 1986)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suster dan Montir

Dalam mikrolet yang sedang penuh sesak, tiba-tiba naiklah seorang wanita berpakaian putih-putih. Ternyata tempat duduk semuanya sudah penuh, tetapi untung ada seorang laki-laki yang menawarkan untuk memangkunya. Karena terpaksa si wanita itu pun mau dipangku.

Di tengah-tengah perjalanan, si laki-laki itu iseng-iseng bertanya, "Dik, dik... adik kerja di rumah sakit, yah?!"
Si wanita kaget dan berkata, "Lho, kok tahu..."
"Ah, engga..., soalnya bajunya bau obat," jawab si laki-laki.
Tidak seberapa lama gantian si wanita yang bertanya, "Mas, Mas, ... kerjanya di bengkel, ya?!"
"Lho, kok tahu...", si laki-laki terkejut.
"Iya, soalnya 'dongkraknya' naik-turun sih...," jawab si wanita kalem.
(Rina Anggorodi, 1979)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Oh, iye... Beli Terasi, Bu!

Sukinem adalah seorang pembantu rumah tangga yang pelupa. Pekerjaan sehari-harinya adalah memasak, mencuci, mengepel lantai dan juga berbelanja ke warung.

Suatu hari Sukinem disuruh membeli sejumlah makanan dan bahan-bahan makanan di warung Bu Eyot yang terletak cukup jauh dari rumah majikannya itu. Walaupun ia orangnya pelupa namun ia selalu tidak pernah mencatat barang-barang yang akan dibelinya. Setelah ia sampai di warung, mulailah ia membeli ini-itu dan lalu membayarnya semua. Pada saat mau kembali tiba-tiba ia ingat bahwa masih ada satu bahan makanan yang belum dibelinya, tetapi ia lupa namanya. Sambil mengingat-ingat ia permisi ke belakang sebentar karena tiba-tiba ia kebelet mau buang air kecil. Sesampainya di W.C. ia langsung membuka celana dalamnya dan melepas hajatnya. Pada saat ia selesai mencuci 'anunya', tanpa sengaja tercium olehnya bau bagian dalam "anu"-nya yang melekat di tangannya. Karena mencium itu ia jadi ingat bahan makanan yang belum dibelinya, dan segera ia beres-beres dan keluar menemui Bu Eyot sambil berkata, "Oh iye... beli terasi, Bu!, tadi lupa, ketinggalan..."
(Dody Merdanus, 1980)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Daster

Ada pendapat seorang ahli yang menggemparkan seluruh dunia. Menurut ahli itu, daster wanita ternyata lebih luas daripada landasan pesawat yang paling besar sekalipun. Karena di dalam daster wanita terdapat dua pabrik susu, satu pabrik gas, satu pabrik pupuk, dan yang paling mengesankan adalah adanya satu taman hiburan yang paling nikmat di seluruh penjuru dunia.
(Nurkemala, 1986)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
(NEXT PART 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar