Kamis, 27 Desember 2018

Lelucon mengenai Orang Pintar (Part 3)

Sebabnya Ia Bersyukur

 Seorang lelaki bertanya kepada seorang temannya, "Benarkah istrimu kedapatan mati terbunuh bersama seorang pemuda di kamar tidurmu?"
"Begitulah, tetapi saya merasa bersyukur sekali," kata teman tersebut.
"Lho, kok, malah bersyukur?" tanya lelaki itu.
"Mengapa tidak, bayangkan saja kalau malam itu istriku tidur bersamaku, tentu aku yang akan mati!" jawabnya.
(F. Yuniarti, 1980)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Laut yang Disalahkan

Seorang pelaut pulang ke rumah ayahnya setelah selama tiga tahun berlayar terus-menerus. Melihat anaknya (pelaut) berjalan sambil oleng ke kanan dan ke kiri, dengan heran ayahnya bertanya, "Hei, Nak..., mengapa kau jalan seperti itu?"

Si pelaut (anak) menjawab, "Oh, ini karena saya berlayar terus selama tiga tahun penuh. Akibatnya beginilah kalau saya berjalan."

Ayahnya hanya geleng-geleng kepala dan berkata, "Saya sudah kawin sama ibumu selama 25 tahun, kok jalannya nggak kaya gini," sambil membuat gerakan mundur-maju dengan pantatnya.
(Norman Edwin, 1976)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sepotong Daging

Ada orang Arab punya anak yang baru pulang dari luar negeri, belajar tentang mesin. Ketika sampai di Indonesia anak itu lalu cerita sama ayahnya, "Be, di sini sih payah, nggak ada yang istimewa. Di sana dong, ada mesin yang modern yang bisa bikin makanan. Masukin aja sepotong daging ke mesin itu, maka nggak lama kemudian keluarlah hamburger komplit. Hebat nggak tuh!!"

Orang Arab itu sengit dan nggak mau kalah lalu katanya, "Cuma segitu aja kehebatan mesin di sana? Kalau cuma segitu aja sih lewat sama ane. Kalau ane hanya masukin 'sepotong daging' ane, eh yang keluar ente tuh!"
(Donny Metri Darwin, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Satu Kosong

Pada suatu hari di salah satu stadion sepak bola sedang ada pertandingan yang amat seru. Kebetulan salah satu kesebelasan mempunyai seorang bintang lapangan yang dikagumi banyak orang. Salah seorang pengagum, seorang cewek muda, sampai menonton di bangku pemain.

Setelah turun minum, semua beristirahat. Termasuk jago bola yang tadi. Si cewek pengagum menghampiri ruang pemain dan menawarkan jasa memijit si jago bola. Tentu saja ini tidak ditolak olehnya. Si jago bola segera duduk di pangkuan cewek tadi sambil dipijit. Tiba-tiba cowok ini kentut. Berkatalah dia pada si cewek, "Gol!, satu kosong buatku."

Setelah itu si cewek minta gantian dipijit dan duduk pula di pangkuan si cowok. Tak lama kemudian dia pun kentut. "Satu sama," dia berkata.

"Tidak", si jago bola balas berkata, "tidak gol, sebab kena tiang gawang'. Jadi tetap saya yang menang."
(Dodot Laksono, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pas-pas Kua Ma

Ada satu keluarga di Tondano yang mempunyai kebun kelapa yang sangat luas. Si ayah sudah meninggal, jadi hanya tinggal istrinya yang menjanda dan bertindak sebagai kepala keluarga. Anak perempuannya sudah dewasa. Si ibu akan masak dengan mempergunakan kelapa, tetapi kelapanya belum dipetik. Kebetulan pada waktu itu pacar anaknya datang.

Untuk mengambil hati mertuanya, ia bersedia mengambil kelapa itu. Mulailah ia membuka baju dan celana panjangnya, tinggal celana kolornya yang agak kebesaran. Takut kalau-kalau ada apa-apa si ibu tunggu di bawahnya. Karena celananya di pemuda kebesaran maka "tikusnya" kelihatan lari ke kiri-kanan. Melihat itu si ibu menanyakan pada anaknya, "Ita, apa ngana butul-butul mo kaweng deng dia?" (Ita, apa kamu benar-benar mau kawin dengan dia).

Dengan agak heran si Ita menjawab, "Mama ini bagaimana stow ngoni toch so setuju deng torang pebatunangang." (Mama ini bagaimana sih, 'kan pertunangan kita sudah direstui).

Mamanya, "Mar, ada kua yang kita rasa kuatir kalu ngana kaweng deng dia." (Ia, tapi ada sesuatu yang mama kuatirkan kalau kamu kawin dengan dia).

Si Ita tambah bingung, "Mama so pengalaman dalam rumah tangga, jadi mama tako jangang ngana dapa cilaka kalu ngana kaweng deng dia. Tadi mama lia depe punya barang besar sekali no." (Mama sudah berpengalaman dalam berumah tangga, jadi mama takut jangan sampai kamu dapat celaka kalau kawin dengan dia. Sebab mama lihat tadi 'barang'-nya besar sekali).

Si Ita menyela dengan kesal, "Torang kua so coba minggu lau, pas-pas kua Ma." (Kami sudah mencobanya minggu yang lalu, pas-pasan kok Ma).
(Tina Soedarno, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Penis" dan Nyamuk

Pada suatu hari di sebuah kerajaan kedatangan seorang juru masak yang ingin bekerja pada kerajaan itu. Setelah dicoba ternyata memang ia seorang juru masak yang lihai sekali.

Sewaktu raja menanyakan namanya, ia hanya menjawab, "Ah, malu aah..." Setelah didesak terus akhirnya ia mengaku bernama "Kontol".

Pada suatu hari, putri raja yang cantik mencicipi masakannya. Sang putri juga menanyakan namanya. Lagi-lagi ia menjawab, "Ah, malu aah..." Setelah didesak, akhirnya ia mengaku bernama "Nyamuk".

Pada suatu malam sang juru masak masuk ke kamar putri dan menidurinya. Kontan saja sang putri berteriak, "Ada Nyamuk! Ada Nyamuk!..."

Raja yang mendengar hanya berteriak, "Bunuh saja nyamuk itu, putriku!" Namun akhirnya raja mengetahui bahwa itu adalah sang juru masak. Ia pun memanggil para pengawal sambil berkata, "Tangkap 'Kontol', pegang jangan sampai lepas." Para pengawal menjadi bingung dan mereka pun memegang alat kelamin masing-masing. Si juru masak akhirnya dapat meloloskan diri dari kejaran para pengawal.
(Dodot Laksono, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar