Senin, 17 Desember 2018

Lelucon mengenai Orang Pintar

Titit

Ada tiga mahasiswa psikologi sedang berdebat mengenai "titit".
Mahasiswa I berkata, "Titit adalah gentleman, ia selalu berdiri tegak di hadapan wanita."
Mahasiswa II membantah, "Bukan, titit adalah partisan, ia selalu menembak di malam yang gelap."
Mahasiswa III menyangkal, "Salah besar kalian, titit adalah gosip, ia selalu berpindah dari mulut ke mulut."
(Ingrid C.B., 1979)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Salah Ngerti

Di Taman Sastra Universitas Indonesia terlihat segerombolan anak-anak jurusan Sinologi (Sastra Cina) sedang 'kongko-kongko' bercerita, bercanda dan saling mengelabui satu sama lain.

Terdengar Rini mengajak Toni untuk berenang.
Rini : "Ton, berenang yuk...,  enak nih panas-panas begini."
Toni : "Iya, ayuk..., tapi gue pulang dulu, ya!"
Rini : "Ala..., nggak usah deh, langsung aja. Gue sih udah bawa baju berenang!"
Toni : "Nah, gue gimana dong..., masa polos aja?!"
Rini : "akh,... lo pake kaos kaki gue aja deh, 'kan cukup tuh!"
Toni : "Akh,... lo gila apa?!!" "Emang lo pikir 'barang' gue segede kaki lo?!"
Rini : "Ye..., Si Toni..., maksud gue lo pake kaos kaki gue aja buat nutupin mata lo..., diiketin ke kepala 'kan cukup. Jadi lo nggak bakalan malu dilihat orang berenang polos juga...!"
(Tita Noorindahyati M., 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suara Drum Band

Pada suatu hari ada sebuah grup drum band sedang mengadakan parade. Saat itu ada seorang yang sedang hamil 8 bulan ikut menyaksikan pertunjukkan tersebut. Sedang asik-asiknya nonton tiba-tiba ada seorang pemuda menegurnya sambil berkata, "Wah..., sayang anak ibu belum lahir. Kalau nggak 'kan dia bisa menikmati musik yang indah dari drum band ini."

Mendengar itu si ibu pun menjawab, "Oh ya.., tapi saya rasa dia bisa menikmati suara  drum band ini, soalnya saya lagi tidak pakai celana dalam."
(Hosianna L. Tobing, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Syarat Masuk Surga

Pada suatu ketika diumumkan bahwa syarat untuk masuk ke surga bagi seorang laki-laki harus berkumis, jika tidak berkumis maka tidak diijinkan masuk surga.

Setelah dunia kiamat, maka antrilah orang-orang yang hendak masuk surga. Karena syaratnya mudah, maka banyak orang yang berkumis berbondong-bondong mendatangi pintu surga, hingga malaikat penjaga pintu surga lelah sekali.

Si Dullah yang kebetulan tidak mempunyai kumis memanfaatkan kesempatan ketika dia melihat malaikat penjaga pintu surga itu sudah mengantuk. Maka ketika dia masuk pintu surga, dia berjalan dengan tangan di bawah dan kaki di atas, sengaja pula dia tidak memakai celana panjang dan celana dalamnya. Ketika diperiksa oleh malaikat yang sudah terkantuk-kantuk itu, ternyata dia diperbolehkan untuk masuk surga, karena malaikat itu menyangka bulu-bulu yang dipegangnya tadi adalah kumis si Dulah. Tapi sebelum Dullah dipersilahkan masuk ke surga, si malaikat berkata kepada Dullah, "Eh,... kalau udah di dalem, 'tu cerutu dimatiin aja!"
(R. Ukke Rukmini, 1986)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang Duda dan Putranya

Seorang duda dan anak laki-lakinya mempunyai tetangga dua orang gadis kembar. Salah seorang gadis kembar tadi menjadi menantu sang duda. Setelah beberapa hari menikah, si duda bertanya kepada anaknya, "Bagaimana kamu membedakan istrimu dan saudara kembarnya?"

Sambil tersenyum anaknya menjawab, "Sebelum 'mencoba' kedua-duanya saya tidak bisa membedakannya, Pak!" Sambil berlalu sang duda ikut tersenyum pula.
(Caturati Wanityarti, 1980)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pemerah Susu Sapi

Pada suatu ketika seorang lelaki berkenalan dengan seorang wanita. Mereka mengadakan janjian berkencan untuk pertama kalinya.

Pada saat mereka sedang berkencan si wanita mendesah sambil berbisik, "Oh, Eddy..., ternyata engkau sangat berpengalaman."

Si Eddy menjawab, "Tentu saja, Evie..., sebab hal ini memang sesuai dengan pekerjaanku."
"Lho, memangnya apa pekerjaanmu?" tanya Evie.

"Pemerah susu sapi," jawab Eddy.
(Luciana Irawati, 1979)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Si Kebayan di Surga

Si Kebayan sudah hampir mati, dia mau kalau nanti mati bisa masuk surga. Maka dia pergi ke ulama untuk menanyakan bagaimana caranya supaya bisa masuk surga. Ulama mengatakan bahwa yang masuk surga itu adalah bayi-bayi.

Sebelum si Kebayan mati dia berpesan pada istrinya bahwa kalau ia mati semua bulu-bulu yang ada di tubuhnya dicukur. Pikir Kebayan: "Bayi-bayi itu 'kan belum tumbuh bulu."

Akhirnya si Kebayan meninggal. Dengan sedih istrinya mencukur semua bulu yang ada di tubuhnya.

Si Kebayan pun masuk surga. Para bidadari kasihan melihat ada bayi sendiri saja. Bidadari yang tidak berpakaian sehelai benang pun menghampiri bayi itu untuk menyusui. Tetapi bidadari itu heran kok bayi ini waktu disusui betapa rakusnya. Akhirnya bidadari itu mengetahui kalau itu adalah bayi palsu alias si Kebayan karena bayi itu ternyata sudah ada giginya dan "anu"-nya pun ikut tegang.
(Rina Anggorodi, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
(NEXT PART 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar