Selasa, 11 Desember 2018

Lelucon mengenai Suku Bangsa atau Bangsa (Part 2)

Panjang-panjangan

Di Pasar Baru terdapat toko dasi milik seorang Arab yang terkenal panjang 'titit'nya. Di sebelah tokonya ada toko jamu milik seorang Cina. Pemiliknya berusaha untuk menyaingi orang Arab itu dan dengan rajinnya ia meminum ramuan-ramuan Cina. Suatu hari, ketika ia yakin bahwa ia sudah bisa menandingi orang Arab tetangganya itu, ia pun pergi ke sebelah untuk menemui si Arab. Dengan sombong ia bertanya, "Eh..., lu punya nggak dasi yang kayak gini?" (tititnya pun dikeluarkan dari balik kerah bajunya).

Si Arab dengan tenangnya menyahut, "Wah..., ada juga yang kaya gini!!" (sambil mengeluarkan tititnya dari balik punggungnya). Si orang Cina pulang dengan perasaan malu. Ia bertekad untuk lebih rajin lagi minum ramuan supaya si Arab bisa tersaingi.

Pada suatu hari, setelah ia bisa mengeluarkan "anunya" dari balik punggungnya, ia pun pergi ke rumah si orang Arab untuk nampang. Si Arab ternyata lagi makan siang. Maka duduklah orang Cina itu dan langsung memperlihatkan kebolehannya. Tiba-tiba meja makan orang Arab itu terangkat, dan di bawahnya terlihat titit orang Arab itu sedang mengangkat meja. Orang Cina itu makin penasaran, ia makin rajin minum ramu-ramuan.


Pada suatu hari ketika ia hendak nampang lagi, dilihatnya anak dari orang Arab itu sedang bermain-main di depan rumah. Langsung orang Cina itu bertanya, "Hei..., mana babe lu?"

Si anak menjawab, "Tuh..., lagi maen layangan." Betapa terkejutnya orang Cina itu ketika melihat orang Arab tetangganya sedang memainkan layangan dengan memakai tititnya.
(Inggrid C.B., 1979)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pameran Bunga

Diceritakan ada suatu pameran bunga yang diikuti oleh beberapa negara. Di antaranya datang peserta dari Belanda, Jepang, Arab dan Indonesia. Masing-masing peserta dipersilahkan memperlihatkan kelebihan bunga masing-masing negaranya.

Peserta dari Belanda memperlihatkan bunga Tulip-nya. Peserta dari Jepang memperlihatkan bunga Sakura-nya. Dan peserta dari Indonesia memperlihatkan bunga Anggreknya.

Pada saat giliran peserta dari Arab, utusan dari Arab nampak bingung karena memang di negaranya tidak ada bunga yang pantas dipamerkan. Tetapi utusan ini tidak kehabisan akal, tanpa pikir panjang lagi ia singkapkan jubahnya sambil berkata, "Ini bunga Kaktus...!"
(Rusdiana Agustina, 1986)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Asal-usul Perbedaan Rambut Orang Indonesia

Kisah ini terjadi zaman dulu sewaktu Indonesia masih berupa hutan belantara. Penduduknya masih gundul-gundul alias tidak punya rambut sama sekali. Seorang dewa yang sedang terbang di angkasa merasa kasihan melihat orang Indonesia yang gundul-gundul itu. Lalu ia berpikir, "Sebaiknya mereka kuberi rambut."

Ketika berada di atas wilayah Indonesia Bagian Barat, diambilnya sejumput rambut kepalanya dan dilemparkan ke bawah. Akhirnya orang-orang Indonesia Bagian Barat rambutnya lurus-lurus semua. Sesampainya sang dewa di atas wilayah Indonesia Bagian Tengah, dilemparkannya lagi sejumput rambut, tetapi kali ini berasal dari ketiaknya. Maka rambut orang-orang Indonesia Bagian Tengah setengah keriting. Yang terakhir, sang dewa sampai juga di atas wilayah Indonesia Bagian Timur, Si dewa mengulangi perbuatannya, tetapi kali ini rambut yang dilemparkan ke bawah bukan dari kepala maupun dari ketiaknya. Maka orang-orang Indonesia Bagian Timur sampai sekarang memiliki rambut yang keriting-keriting.
(Myrza Latifa, 1980)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kursi Ajaib

Ada seorang rentenir Arab yang suka menagih sendiri uangnya kepada mereka yang berutang. Pada suatu hari ia menagih utangnya kepada salah seorang yang berutang kepadanya. Ternyata orang itu belum mempunyai uang dan hanya bisa berjanji akan membayar dalam beberapa hari.

Sampai batas waktu yang ditentukan, orang Arab itu datang lagi. Tetapi yang punya utang sedang nggak ada. Orang Arab itu hanya bisa menunggu sambil duduk di bangku yang tengahnya bolong. Sudah menjadi kebiasaan orang Arab jarang memakai celana dalam, maka 'biji peler' menembus ke bawah. Seekor anak kambing di bawah bangku menghisap biji peler itu dan ia merasa enak.

Setelah yang punya rumah datang, orang Arab itu bersedia menganggap utang orang tersebut impas (lunas) asal ditukar dengan bangku bolong yang didudukinya tadi. Sesampainya di rumah, orang Arab itu duduk lagi di bangku tersebut, tetapi kok nggak ada rasa enak lagi seperti tadi? Tentu saja sekarang tidak enak karena di bawah kursi itu ada anak kucing yang gigit-gigit buah zakarnya. Dia marah-marah, dikembalikannya bangku itu kepada yang punya dan utangnya tetap harus dibayar.

(Donny Metri Darwin, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pingsan

Dua orang Arab yang sudah lama tidak saling jumpa, tiba-tiba saling bertemu lagi di airport Halim. Abdullah yang saking senangnya bertemu kembali, langsung memukul pundak Ahmad, sahabatnya. Tiba-tiba Ahmad jatuh pingsan. Selidik punya selidik ternyata Ahmad mencantolkan tititnya di punggung.
(Inggrid C.B., 1979)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Laki-laki Arab

Tersebutlah seorang bangsawan Arab yang hendak berjalan-jalan. Orang Arab kan terkenal "itu"-nya panjang, oleh karena itu ia minta para pengawal untuk menandunya. Ketika melewati sawah "itu"-nya jatuh dan kena lumpur. Ia berteriak, "Kena apa, pengawal?"
Pengawal menjawab, "Kena lumpur, Tuan!"
"Cepat tarik!!" teriak si bangsawan.
Enggak berapa lama kemudian di depan jalan si bangsawan ada kerbau betina. Si bangsawan itu berteriak, "Apa itu, pengawal?!!"
Pengawal langsung menjawab, "Pantat kerbau tuan."
Si bangsawan langsung teriak, "Cepat sodokkan, pengawal!"
(Rina Anggorodi, 1982)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
(NEXT PART 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar